Eksistensi yang menjerumuskan
Jalan hidup ku ternyata telah diketahui oleh Nya Dengan tanpa menghilangkan eksistensi ku sedikitpun sebagai manusia. Semua itu bukan karena telah tertulis di kitab Nya. Namun karena atas dasar sifat Nya yang Maha Tahu Atas Segalanya.
Berat kurasa, melangkah pun serasa ada ketakutan yang besar. karena setiap langkah akan memberikan implikasi pada sebuah peristiwa. Sedangkan Kebenaran hanya milik Nya dan kebenaran dalam dunia fatamorgana paradoks hukumnya. Pencapaian terhadap sebuah kebenaran yang hakiki pun senantiasa masih jauh dari anganku.
Seharusnya seperti apa??
Biarkan semua berjalan seperti adanya seolah hanya menyia nyiakan eksistensi atas hidup ku sebagai manusia??? Sedangkan kapasitas ku hanya bisa seperti saja kurasa....
Ketika aku duduk sejenak tersingkir dari dunia nyata, dan pada saat itu lah rupanya waktu selalu berputar tak henti. Ak tak tahu harus bagaimana sehingga itu bermakna dalam tiap detiknya.
Menjadi paham atas manfaat dari hal yang kurasa biasa saja adalah syukur yang tak terjamah oleh rasa.
Tak mampu ketika aku harus memaknai jatuhnya embun dari daun di pagi hari. Apa aku harus selalu berpikir mencari sebuah jawaban. Otak ku hanya setutup botol yang berdaya tampung beberapa mili.
Ini tentang pertanggungjawaban atas eksistensi hidup. Pertanggung jawaban atas kedipan mata, jari yang ku tekuk serta hela nafas. semua itu bukan tanpa implikasi.
Ku coba menyederhanakan hidup ini dengan falsafah "sak dermo nglakoni". di sisi lain konsekuensi pun selalu membayangi.
Lalu Ku coba bersembunyi dalam kata "urip sing semeleh" "pasrah bongkoan marang Gusti Alloh".
Beberapa waktu kemudian berjalan lah manusia yang telah hilang ingatan (gila) semenjak lahir....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar